Rabu, 25 April 2012

(Series) The Forest of Vampire Chapter 1

The Forest of Vampire Chapter 1




A/N : ini FF terinspirasi sama sebuah novel yang judulnya hampir sama juga sama judul FF ini.. heheheh.. judulnya ‘The Forest of hand and teeth’ karya Carrie Ryan. tapi dari segi isi beda banget.. wkwkwk ^^v
FF pertama setelah UN yang aku buat :D dan FF pertama juga yang genrenya beda banget ama FFku yang laen.. :D
Seperti biasa dibutuhkan kritik dan saran \(^0^)/ Oh ya yang gak suka sama castnya mian banget.. T_T lagi demen banget sama Jiyeon #efekDH2

Title       : The Forest of Vampire Chapter 1
Genre   : Mystery (??), Family, Romance (dikit :p), AU
Length  : Series
Rate       : PG14
Main Cast            :
  • Cho Kyuhyun (Super Junior)
  • Park Ji Yeon (T-ara)
Support Cast      :
  • Kim Hye Rin (OC)
  • Lee Gikwang (Beast)
  • Jung Eun Ji (A-pink)
  • Ahn Jaehyo (Block-B) --->Kim Jaehyo
  • Lee Sung Min (Super Junior)
  • Super Junior and other
Point of view     : Mix(Author, Park ji yeon)
Author                  : helloimiga
Back sound         :
Mblaq – It’s War
Lee Ki Chan – Painful hope

WARNING!! GAJE DAN BANYAK TYPO!!

…..

/”lebih baik aku mati dari pada aku harus membunuhmu”/

.=.=. The Forest of Vampire Chapter 1.=.=.

Jiyeon PoV
Sering aku membayangkan bagaimana ibu bercerita tentang masa sebelum sekarang, disaat banyak benda yang disebut ‘mobil’ berlalu lalang dijalan yang ramai. Dimana keadaan tidak seperti sekarang. Dimana di Dunia tanpa mahluk mengerikan itu.. dunia tanpa para Vampire…
Ibu Sering berdoa sambil menatap Hutan, berharap menemukan seseorang yang dia cari… belahan jiwanya. Ayahku. Aku bahkan sudah menganggap ayah telah meninggal, tapi berbeda dengan ibuku..walau Ayah telah pergi sekitar satu tahun yang lalu dia masih saja menunggu Ayahku di depan pagar berharap suaminya suatu saat akan datang. Berharap bertemu dengan ayahku yang sudah tidak lagi manusia.

Aku tidak tinggal disebuah desa yang tentram dan aman, kami disini tidak hidup dengan damai—walau sekilas terlihat seperti itu. Kami disini hanya untuk mempertahankan jenis kami. Bahkan terkadang menikah itu bukan karena dasar cinta, tapi kita menikah karena sebuah komitmen…
Sering juga kupandangi pagar batas yang dibuat oleh Pengawas desa untuk mencegah para Vampire masuk dengan mudah kedesa –walau sama saja pada akhirnya, mereka tetap masih bisa masuk ke desa. Dan sering beberapa kali aku bertanya pada diriku sendiri. Apakah bila pagar ini tidak ada, Manusia sudah tidak ada di bumi ini?

Dihari yang cerah itu, saat aku sedang mencuci di Sungai. Ibu aku tinggalkan di Rumah, walau aku benar benar takut Ibu akan dekat dekat dengan pagar untuk mencari ayah. Sedangkan oppa kandungku Park jung soo.. karena dia mendaftarkan menjadi Pengawas, sekarang dia sedang melakukan sebuah Patroli.
Sungmin.. teman sepermainkanku itu datang padaku. Wajahnya yang memang imut itu terlihat lebih imut karena senyumnya mengembang dengan lebarnya. Dia menghampiriku yang sedang mencuci di sungai yang memang dangkal itu.
                “halo…” sapanya, aku hanya bisa menganggukkan kepalaku. Dia ikut menceburkan dirinya kesungai lalu datang kearahku
                “bagaimana kabar ibumu?”
                “dia baik baik saja…”
                “lalu Jung soo hyung?” Tanyanya kemudian
                “aku tidak tahu, tapi dia sekarang sedang melakukan patroli…” dia mengangguk anggukkan kepalanya. Lalu menatapku dalam

                “Jiyeon…”
                “nde?” Sungmin menggenggam tanganku kuat di bawah air,.. aku tahu ini akan terjadi karena aku tahu ini sejak lama.
                “maukah kau datang bersamaku di Pesta Panen musim gugur depan?” tanyanya sedikit gugup. Aku mendesah pelan. Pesta panen pada musim gugur adalah masa dimana para pria dan wanita mengikat janji pernikahan. Yang akan dilanjutkan dengan perayaan di akhir musim semi, dimana wanita dan pria akan melangsungkan pernikahan yang telah mereka janjikan.
                “errr…” jawabku sedikit gugup. Kalau boleh jujur, Sungmin memang tampan. Tapi entah kenapa aku lebih menyukai dongsaengnya, Lee Gikwang. Seperti bisa membaca pikiranku Sungmin menghela nafas berat
                “Gikwang sudah mengajak Jung eun Ji..” Eunji? bagaimana bisa aku percaya dengan semua ini? beberapa bulan terakhir ini aku mencoba mendekati Gikwang, dan ternyata Gikwang lebih memilih sahabatku sendiri? Dia lebih memilih eunji?

                “lalu kau mau ikut denganku?” Sungmin mengerutkan kedua alisnya, tangannya masih menggenggam tangan tanganku yang ujungnya sudah hampir mengkerut karena kedinginan
                “aku aku…” sebelum aku menjawab pertanyaannya, samar samar aku mendegar sebuah suara sirine dari arah desa. Aku ingin berlari kesana karena hanya satu yang ada dipikiranku! IBU!!

                “mau kemana kau? Bukankah seharusnya kita mencari tempat yang jauh dari sana?” teriak Sungmin. Tapi aku tak mempedulikannya. Ku hempaskan tangannya lalu berlari sekuat tenagaku ke desa.
Suara Sirine itu, pikiranku benar benar pusing ada perasaan takut yang merayap dalam hatiku. Bila sirine berbunyi itu pertanda pagar pembantas telah rusak dan para Vampire jenis tertentu akan masuk kedesa, lalu vampire jenis apa yang bisa mencari mangsanya pada siang hari?

Setelah sampai sana, aku lihat para penduduk sudah mulai masuk ruang bawah tanah, satu satunya tempat aman saat terjadi pemberontakan seperti ini. Pintu gudang sudah mulai ditutup,.. tapi sebelum aku menuju rumah untuk mencari ibu. Bunyi Sirine itu telah berhenti. Kenapa hanya sebentar? Pikiranku terhenti saat melihat para biarawati desa dan para pengawas menyeret seseorang menuju Katedral.

“IBU!!” pekikku kemudian. Aku berlari kearahnya menuju katedral.
                “apa yang terjadi dengan ibuku?” tanyaku pada Seung hyun –salah satu pengawas sekaligus tetanggaku itu.
                “jiyeon!! Ibumu… dia terlalu dekat dengan pagar.. dan sepertinya …” kata katanya terputus, menggantung dengan ganjal. Aku melihat ibu yang sedang dikerubungi para biarawati desa. Seonggok penyesalan ada dibenakku, seandainya saja aku tidak berlama lama dengan Sungmin di Sungai, seandainya dia tak usah mengajakku ke Pesta panen… tapi yang aku tahu itu hanya seandainya saja.



                “kami sudah tak bisa berbuat apa apa lagi” Seorang suster menghampiriku, yang baru aku ingat namanya suster kim, dia menepuk bahuku pelan. Dan yang aku tahu dia adalah suster kepala di sini.
                “aku pikir kau harus tinggal di Biara sampai kakakmu Jung Soo kembali..”
                “apakah ibuku telah pergi?” suster kim meangguk pasti. Jantungku bergemuruh cepat. Ibu tak bisa pergi secepat ini.
                “dia sedang dimakamkan..” secepatnya kularikan kakiku menuju Pemakaman. Kulihat Tubuh ibuku sedang dimasukkan kedalam liang lahat oleh para pengawas. Bayangan bayangan masa lalu tentang Ibu berkelebat begitu saja dalam memoriku. Saat dia mengelus elus rambutku saat ingin tidur. Menyanyikan sebuah nyanyian nina bobo padaku. Membuatku benar benar sangat menyesal sekarang. Ibu… maafkan aku.



Jung Soo oppa—kakak kandungku, dia menatapku lama saat kami bertemu di depan pintu. Sedangkan aku hanya bisa tertunduk menahan air mata yang akan keluar dari mataku
                “kenapa kau meninggalkannya?”  Suara tegasnya mendengung ketelingaku.
                “aku tidak meninggalkannya.. aku hanya sedang mencuci di Sungai..”
                “tetap saja kau meninggalkannya Park jiyeon!!” teriaknya dihadapanku. Aku hanya bisa mengigit bawah bibirku. Mencoba menahan air mata yang akan mengalir dari sudut mataku.

                “Jadilah biarawati..”
                “nde?”
                “tak akan ada orang yang mau menjadikanmu istri..”
                “tapi Sungmin? Dia mengajakku ke Pesta panen ..”
                “Sungmin tidak mengjakmu Jiyeon-a” Sungmin tidak mengajakku? Apakah dia tak memberi tahu Jung Soo oppa? Tangan Jung soo oppa mencengkram bahuku kuat. Membuatku yang ingin memeluknya malah terdorong kebelakang. Persahabatan antara kakak dan adik yang kita jalani selama ini. persahabataan di antara kami yang seminggu lalu masih baik baik saja kini sudah tak terlihat lagi.

                “jadilah biarawati Jiyeon-a, mungkin itu yang terbaik untukkmu..” katanya sebelum menutup pintunya dengan kasar.
                “Jung… jung soo oppa..” kataku lirih



Aku berjalan melewati ladang, sebenarnya ladang ini bukan milik desa kami.. tapi menurut para birawati kami perlu bercocok tanam. Jadi mereka mengusulkan untuk memperluas wilayah desa kami –walau saat itu kami harus berhadapan dengan beberapa Vampire dan itu membuat beberapa pengawas mati –termasuk ayahku yang malah memutuskan untuk menjadi Vampire.

Sebuah menara pengawas berdiri kokoh dihadapanku, dulu mereka membuatnya untuk melihat perkembangan beberapa Vampire. Tapi untuk sekarang mereka sudah tidak menggunakan menara ini lagi.

Desa terlihat begitu kecil dari sini. Desa yang menurut para biarawati adalah desa terakhir di dunia ini—setelah masa pemberontakan Vampire. Mereka (para Biarawati) selalu dianggap benar oleh para penduduk desa dan lainnya. Bahkan Para petinggi desapun selalu menurut kepada mereka.



                “jadi apa keputusanmu?”
                “kata Jung Soo oppa inilah yang terbaik..” Suster Kim mengangguk setuju dia menepuk nepuk pundakku lalu mengajakku kesuatu tempat di Katedral ini.

                “kau adalah seorang yang terpilih… bahkan Tuhan sudah menggariskan itu sejak kau belum lahir…” kata Suster Kim
                “nde? Aku tak mengerti..” kataku sambil terus menatap lurus lorong lorong katedral yang belum pernah aku lewati.

                “disaat umurmu 20 tahun besok… kau adalah kunci dari dunia…” dia (Suster Kim) menggantung ceritanya tepat saat kami sudah sampai pada sebuah  pintu. Dengan beberapa tulisan dengan huruf huruf yang tak bisa aku baca…
                “ruangan apa ini?” kataku saat suster Kim sedang mengambil kunci pada Jubah hitamnya dan memasukkan pada lubang pintu. Dia tak mengindahkan satu kalimatpun yang aku lontarkan. Hingga dia membuka pintu ruangan itu.

                “para nenek moyang kita telah memperjuangkan hidup mereka untuk tetap menjaga jenis kita beberapa tahun yang lalu itu, lama dan sulit…….” Suster Kim mulai bercerita tentang kehidupan saat nenek moyang dulu, saat mereka sedang melawan pemberontakan para Vampire. Aku mendesah pelan, merasa bosan… cerita itu memang selalu aku dengarkan saat kami –para anak didesa kami memasuki bangku bangku sekolah.

                “…....dan apakah kau tidak merasakannya sekarang? Para vampire sudah mulai memperkuat diri untuk menyerang. Bahkan untuk saat ini, Raja Vampire akan bangkit kembali dari tidurnya…” katanya lirih namun masih dapat aku dengar.
                “Raa…raja Vampire?”
                “.. semuanya sudah diramalkan sejak dulu, telah digariskan dari leluhur kepada kita. Dan seperti penyakit pasti ada obatnya.. Raja Vampirepun punya musuh yang juga bisa mengalahkannya..”   Suster Kim menatapku lama. Lalu menyunggingkan senyumnya kearahku.

                “kaulah kuncinya Park jiyeon… kau yang bisa menyelamatkan kita semua..”
                “aa…akku?”




Author PoV

                “Kau sudah kembali rajaku?”
                “tentu saja…aku merasa bosan jika harus tidur terus” seorang namja berpawaan tinggi itu menatap seseorang yang memanggilnya ‘raja’ itu.
                “haha, kau bisa saja rajaku. Lalu apakah kau telah menyiapkan semuanya?”
                “tentu saja rajaku, dan sepertinya ‘Dia’ sudah mengetahui semuanya…”
                “benarkah… hahhahahahaha sepertinya para biarawati telah bekerja keras akhir akhir ini”

Namja yang dipanggil Raja itu menatap pohon pohon melalui jendela ‘kerajaannya’ menatap sebuah pagar yang berdiri kokoh jauh dihadapannya itu. Senyum sinis muncul dari wajahnya yang tampan.

                “aku pikir waktunya sebentar lagi akan tiba…”


….

Jiyeon PoV

Kutatap Suster Kim dengan tak percaya. Jadi selama ini alasan kenapa aku selalu diperlakukan berbeda oleh mereka dari pada anak anak desa lainnya, karena sebuah alasan seperti ini! bahkan aku yang seorang gadis harus mengikuti pelajaran memanah dan beladiri! Huh…
                “lalu.. kalau aku tak mau melakukan apa yang kalian minta?”
                “kita semua akan mati” kutatap suster Kim tajam. Apakah mereka tak pernah merasakan bagaimana tersiksanya hidupku kali ini? bagaimana perasaanku saat tak ada satu temanpun yang mau bermain padaku –kecuali beberapa orang yang memang sudah dekat denganku.

                “aku tahu apa yang kau rasakan. Dan apakah kau pernah merasakan saat umurmu 6 tahun dan saat itu pula kau kehilangan semua anggota keluargamu? Dan saat itu pula kau harus berlatih menjadi seorang Biarawati? Karena kau tahu tak akan ada satu orangpun yang mau menikahimu..Dan disaat umurmu saat itu pula kau harus melihat beberapa orang yang kau cintai mati dihadapanmu” Suster Kim berkata kepadaku tanpa jeda. Matanya mulai memerah. Apakah dia ingin menangis?

                “Suster Kim…”
                “tenang saja, aku baik baik saja. dan untuk sekali lagi Park Jiyeon, semua keputusan berada di tanganmu bukan kita, para Biarawati…”



Semua keadaan ini membuatku benar benar pusing, aku adalah kunci dari segalanya? Hahahhahaha apakah ini adalah sebuah lelucon?
                “Jiyeon-a!!” kutolehkan kepalaku menuju asal suara. Jung Eunji, dia berlari kearahku dengan senyum manisnya itu, melihatnya seperti itu mengigatkanku tentang Gikwang. Seperti apa yang Sungmin katakan kalau Gikwang mengajaknya ke Pesta Panen.. aku cemburu? Tentu saja.
                “eunji!!”
                “aku turut berduka atas ibumu jiyeon-a..” dia memelukku, walaupun sekarang sedang musim gugur, aku masih dapat mencium harum bunga matahari musim semi ditubuhnya.
                “terimakasih…” kataku kemudian. Kami diam sesat, dia masih memelukku dalam. Mungkin disaat aku tidak dapat kasih sayang seorang ‘oppa’ aku dapat mendapatkannya walau itu dari Sahabatku.
                “kau harus kuat jiyeon-a! aku akan selalu ada disampingmu..” katanya lagi, apakah aku seseorang sahabat yang jahat? Bagaimana aku bisa berpikiran kalau aku dapat mendapatkan Gikwang darinya.



                “Pagi Jiyeon….” Suster kim masuk kekamarku –selama ada di Katedral. Dia menyunggingkan senyumnya lalu menyerahkan sarapan pagi untukku. Musim dingin kali ini sepertinya benar benar dingin. Membuatku malas untuk beranjak dari kasur. Musim dingin? Huh, pesta Panen memang sudah berlalu seminggu yang lalu. Dan sungmin tidak menjemputku, kalau begitu dia memang tidak mengharapkanku bukan? Dan aku harus menahan sesakku saat melihat Eunji dan gikwang berada di perayaan tersebut..
                “pagi ini kau harus membantuku, ada seseorang yang harus kau rawat…” katanya. Para biarawati desa memang tak hanya mengurusi Biara, katedral, atau bahkan kegiatan pemerintahan. Mereka juga merawat orang orang yang sakit. Aku mengangguk pelan, setelah dia mendapatkan jawaban dariku. Dia langsung melenggang pergi.

….

                “suster Kim, aku sudah membawa air yang kau pesan…” kataku sambil membuka pintu. Mataku membulat dengan sempurna saat melihat seseorang yang dirawat Suster Kim.
                “Lee Gikwang?” pekikku dalam hati.
                “apa yang terjadi dengannya Suster?”
                “kau hanya perlu diam saja Jiyeon…” Kata suster kim padaku.. gikwang yang terlihat lebih pucat dari biasanya itu menggerang pelan. Meringis kesakitan, ada apa dengannya?

                “aahh Jiyeon, jagalah Gikwang sebentar.. ada sesuatu yang harus aku lakukan..” suster Kim pergi, menutup pintunya pelan meninggalkanku dengan gikwang. aku duduk di kursi pinggir ruangan. Melihatnya dari dekat membuatku tak bisa mengontrol detak jantungku.
                “apakah kau ada disana jiyeon?”
                “ne, waeyo?”
                “dapatkah kau memberiku segelas air?”  dengan sigap aku mengambilkannya segelas air, menyodorkannya tepat depan bibirnya
                “minumlah…”
                “gomawo…”
                “errr… apakah kau tak penasaran apa yang terjadi padaku?” gikwang bertanya padaku. Membuatku mengerutkan kedua alisku menjadi satu.
                “tadi malam saat aku berjalan di ladang dekat bukit, aku diserang seorang vampire…” katanya tanpa menunggu persetujuan dariku
                “nde? Lalu kenapa tak ada bunyi sirine?” dia menggeleng pelan, jadi dia baru saja diserang Vampire? Lalu kenapa para biarawati membawanya kesini? Apakah Gikwang tidak menular? Atau…

                “biarawati bilang aku baik baik saja. mereka tidak menggigitku karena aku berlari sekuat tenangaku, hanya beberapa luka pada tanganku karena aku jatuh saat berlari…”
                “syukurlah Gikwangie… ku harap kau cepat sembuh..” kataku cepat, aku tak ingin berada lama lama didekatnya, tidak ingin membuat seseorang yang melihatnya menjadi salah paham. Bagaimana juga ia sudah terikat dengan eunji.
                “jiyeon… mianhae…” katanya kemudian..
                “Mian? Mian untuk apa?”
                “aku tahu kalau kau…”

                “sudahlah Gikwang aku sudah mencoba untuk melupakannya.” Aku memaksakan senyumku mengembang, walau itu terlihat benar benar aneh. Melupakan Gikwang? seseorang yang sejak kecil aku suka. Aku melihatnya yang sedang melihatku sayu. Oh tuhan, bantulah diriku untuk cepat cepat pergi darinya.

                “Gikwang!!” pintu kamar terbuka dan menampakkan wajah Eunji disana. Dibelakangnya ada kakak gikwang yang tak lain tak bukan adalah sungmin. Aku mendesah pelan, malas untuk melihat wajahnya.
                “eun…Ji..” kata Gikwang sedikit menggerang. mataku memanas, melihat eunji yang langsung memeluk gikwang seperti itu. Jiyeon-a kau harus kuat.

                “Ah, sepertinya gikwang sudah ada yang menemani. Kalau begitu, aku pergi dulu.” Kataku kemudian. Eunji dan Gikwang mengangguk pasti. Kulangkahkan kakiku keluar dari tempat itu. Menundukkan kepalaku saat melewati sungmin yang berdiri di depan Pintu
                “mianhae…” katanya lirih. Kenapa banyak orang yang mengatakan ‘mian’ padaku? Apakah aku begitu sangat dikasihani?



Bukit dekat ladang, itulah tempat tujuanku. Menangis sepuasnya hingga mata memerah. Menahan sesak didada itu membuatku tak bisa bernafas dengan leluasa. Lariku terhenti saat melihat seseorang sudah berada di menara di Bukit itu. Karena dia berdiri membelakangiku aku tidak bisa melihat wajahnya. Sebaiknya aku pegi saja.
                “kenapa kau harus pergi..” orang itu membalikkan tubuhnya. Menatapku lama. Dan baru saat itu ku sadari matanya berwarna merah! Dan saat dia tersenyum, aku tau berlari menuju bukit untuk saat ini adalah kesalahan terbesar yang aku buat. Karena kalian tahu siapa yang ada di depanku saat ini? Dia adalah Vampire!!

TBC

*preview next part >>

                “Yaaa kenapa kau pergi!! Yaaaa!! Kau harus ingat namaku!! namaku cho kyuhyun, kau harus mengingatnya…. arraseo!!”
                “Aku tidak akan menyakitimu… kita akan menjadi teman”
                “sebelumnya… Jiyeon-ah pernahkah kau mencintai seseorang?”            
                “Jaehyo kau kah itu? Apakah kau tak mengingatku?”


Ahhhh, akhirnya selesai juga.!! karena ni FF pertamaku yang genrenya beda bgt. Mohon maklum  aja ya kalau agag gaje.. :D
Pokoknya komentar sangat amat aku butuhkan :D
Hehe ^^ dan sedikit promosi :p follow twitter saya juga ‘@helloimiga’ wkwkwk
Dan untuk Kyuhyunnya bakal keluar next part. Ditunggu aja pokoknya ^^

Gamsahamnida^^
@helloimiga \(^_^)/

2 komentar:

Diyah mengatakan...

wuuahhh ,, q suka crita y.
q suka ff fantasy ,, n q jg ska vampire *kga da yg nanya!!!* -_-
pa lg klo maint cast y jiyeon *dbilangin kga da yg nanya jg !!*

Unknown mengatakan...

Seru sih.. Tapi beberapa blog yg aku temuin selalu nulis cho kyuhyun.... Sebenernya dia siapa si?

Posting Komentar